"Berburu" Ikan Paus di Arfai

Siap Buang Jangkar

Pertengahan tahun 1996.
Siang itu seperti hari-hari biasanya, hari terasa panas walaupun tempat kerjaku berada di ruangan yang relatif tidak langsung terkena sinar matahari, tetapi tetap gerah rasanya badan ini. Tiba-tiba datang temanku setengah berlari sambil berkata setengah berteriak : " Hey ayo kita sewa perahu, ada ikan paus di pantai Arfai !" . Ikan Paus ?? Wuih .....tidak terlintas sedikitpun dalam pikiranku mahluk satu ini, mungkin karena aku orang gunung yang setiap hari hanya pernah melihat dua benda besar yaitu gunung Burangrang dan Tangkuban Parahu saja. Bagi orang gunung seperti aku kesempatan ini mungkin hanya sekali seumur hidup, bahkan konon kata temanku orang pantai sekalipun kebanyakan tidak pernah melihat ikan paus seumur hidupnya.
Pulang kerja, bersama beberapa temanku aku menyewa sebuah perahu kecil nelayan berikut "nahkoda"nya. Saking semangatnya tidak ada tawar menawar. Butuh waktu 20 menit perjalanan dari pantai Manokwari menuju pesisir Arfai. Agak ngeri juga sih ngebayangin di bawah perahu kita ada mahluk besar yang sewaktu-waktu bisa "nyundul" ke perahu kita, apalagi di antara temanku yang lain beberapa di antaranya nggak bisa berenang...."bonek" kata temanku yang asli Surabaya. Walaupun sebelumnya aku agak trauma sedikit ketika beberapa bulan sebelumnya perahu kecil ukuran 3 m x 0,5 m yang aku tumpangi bersama dua orang temanku bocor dalam perjalanan pulang dari pulau Mansinam di malam hari tanpa lampu.
Sampai di perairan Arfai dari kejauhan sudah terlihat ada 3 sampai 4 perahu yang buang jangkar di situ. Mana ikan pausnya ya..? Sambil menunggu temanku bilang kalau paus itu terjebak oleh air pasang, saat air surut si ikan nggak bisa keluar karena perairan itu banyak karang di bawah permukaan yang mengelilingi perairan sehingga si paus harus menunggu air pasang lagi supaya bisa bebas ke lautan lepas, laut pasifik.

Ikan paus saat muncul di permukaan

Buuuuzzzz....tiba-tiba air menyembur diikuti munculnya benda besar hitam tidak jauh dari perahu mungkin sekitar 7 - 10 meter dari perahu. Takjub, kaget sedikit gemetar melihat ikan paus besar bahkan lebih besar dari yang sering aku lihat di TV, mungkin ini jenis paus yang paling besar, entah berapa ukurannya mungkin lebar 2-3 meter panjang 15 meter-an, pokoknya kapal selam deh........
Untung kita bawa si nelayan juga.....dia tahu buang jangkar yang aman, yaitu di tempat yang di bawahnya banyak karang sehingga kecil kemungkinan kita kena sundul.
Muncul sebentar, menyelam lagi, itu yang terus dilakukan ikan paus, tapi itu yang menbuat kita penasaran karena kita tidak tahu munculnya di sebelah mana. Saat muncul agak dekat terlihat di tubuhnya banyak bercak entah bekas luka atau apa aku kurang mengerti, mungkin terkena karang saat di berusaha keluar tapi mungkin kulit ikan paus itu memang begitu....nggak seperti paus putih kecil yang suka tampil dipertunjukan kulitnya mulus seperti lumba-lumba.
Satu jam mungkin kita buang jangkar di situ, tapi kulit ini mulai terbakar panas, setelah puas mengambil gambar dengan kamera saku bututku yang kubeli di Tunjungan Plaza Surabaya seharga Rp. 55.000,- kita mulai tarik jangkar dan pulang.
Waktu berlalu terasa lebih cepat saat kita diperjalanan pulang, mungkin karena kita asyik membicarakan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Bahkan terasa lebih asyik dari pada saat pulang kerja setelah gajian.
Sekarang 14 tahun kemudian, kembali hanya dua benda besar yang bernama Burangrang dan Tangkuban Parahu yang aku lihat setiap pagi, tapi nggak apa-apa....untunglah kamera sakuku sudah menangkap moment itu nggak seperti sekarang kamera serba digital dengan sekian pixel fiturnya, mahal-mahal tapi hanya untuk buat photo profil facebook sehingga foto profil lebih indah dari aslinya ...nggak seperti kamera bututku asli lebih indah dari fotonya tapi....isi lebih indah dari fotonya. (Tri Wibowo)


Foto terkait : Mansinam the Paradise Island of Pasific

Nih dia foto perjalanan ke Mansinam, beberapa bulan sebelum datangnya ikan paus, indah memang tapi beberapa jam kemudian malapetaka terjadi, perahuku bocor saat perjalanan pulang di tengah malam gelap gulita.

Video Gallery